Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Tolak Pilkades PAW, Nekat Demo Tunggal

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

SEMPU, Jawa Pos Radar Genteng – Pemilihan Kepala Desa Pergantian Antar Waktu (Pilkades PAW) Desa Karangsari, Kecamatan Sempu yang akan dilaksanakan Rabu (17/5) hari ini, mendapat penolakan dari salah satu warganya. Warga yang nekat menggelar aksi tunggal itu Sugiarto, 33, asal Dusun Simbar, Desa Karangsari, Selasa (16/5).

Sugiarto yang datang dengan membawa sound system dan sejumlah poster itu, berorasi di depan kantor desanya. Aksi nekat ini, mengundang perhatian warga. Dalam aksinya itu, Sugiarto menyoroti urgensi Pilkades PAW yang hanya menyisakan masa jabatan sekitar dua tahun tiga bulan saja. “Saya tidak menolak (PAW), tapi juga tidak  setuju,” katanya.

Demo tunggal yang dilakukan Sugiarto itu diawali dengan orasi di jalan simpang empat Dusun Karanganyar, Desa Karangsari, dan dilanjutkan di depan kantor Desa Karangsari. “Saya sengaja tidak membawa banyak massa, karena cuma ingin menyampaikan pesan,” ungkapnya.

Menurut Sugiarto, Pilkades untuk PAW yang menelan anggaran desa sebesar Rp 121 juta, tidak punya urgensi yang tinggi. Menurutnya, akan lebih bijak jika membiarkan masa jabatan kades diisi oleh pejabat sementara (Pjs) dari pejabat di kantor Kecamatan Sempu. “Biarkan saja diisi Pjs, katanya.

Apalagi, masih kata dia, tidak ada undang-undang (UU) yang mengatur dan mengharuskan pelaksanaan PAW tersebut. “Saya rasa, tanpa PAW tidak masalah. Ditunggu saja sampai Pilkades (pemilihan kepala desa) serentak, kenapa malah memilih PAW yang pakai anggaran sendiri,” ujarnya.

Selain itu, Sugiarto juga menyoroti potensi politik uang yang dilakukan oleh para calon kepala kades. Ia mengingatkan kepada warga agar tidak asal dalam memilih pemimpin. “Jangan sampai dengan uang Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu, suara bisa dibeli dan ke depan berdampak buruk,” cetusnya.

Orasi yang dilakukan Sugiarto itu tidak mendapat tanggapan dari panitia Pilkades PAW atau Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Saat itu, mereka semua tidak ada di kantor desa. “Saya sudah membuat pemberitahuan, tapi tidak ditemui. Saya ingin menyampaikan pesan ini secara langsung (face to face),”  ungkapnya.

Sugiarto mengancam aksi yang dilakukan ini, tidak hanya sekali ini saja. Ia akan melakukan aksi serupa sebelum proses Pilkades dilaksanakan. “Besok (hari ini) saya akan orasi lagi. Sebelum acara dimulai, saya akan turun lagi,” tuturnya.

Penyampaian aspirasi yang dilakukan Sugiarto itu, mendapat tanggapan santai dari Panitia Pilkades PAW Desa Karangsari. Wakil ketua panitia, Ali Makrus menyampaikan aksi itu hak bagi setiap warga. “Kalau ada yang ingin menyampaikan aspirasi, kami tidak bisa menghalangi,” katanya.

Yang penting, lanjut dia, pihaknya sudah melaksanakan tahapan secara profesional dan taat prosedur yang ada. “Kenapa pada akhirnya tetap dilakukan PAW, itu sudah dibahas di musyawarah desa (Musdes), sudah disetujui semua unsur juga,” katanya.

Makrus menyampaikan tidak akan menanggapi serius apa yang disampaikan oleh Sugiarto dalam orasinya itu. Panitia fokus dalam proses pemilihan yang akan dilaksanakan di Gedung UPTD Pendidikan, Kecamatan Sempu. “Kami fokus mengurus di venue, makanya kami tidak menemui Mas Giar (Sugiarto),” ucapnya.

Demo tunggal yang dilakukan Sugiarto, mendapat perhatian dari kepolsian. Meski tanpa massa, Kapolsek Sempu AKP Karyadi tetap menerjunkan anggotanya untuk siaga. “Kami mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Alhamdulillah, proses berjalan lancar,” katanya.(sas/abi)

source

Exit mobile version