Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Pesawat Microlight Trike Milik Balai TN Alas Purwo Banyuwangi: Memudahkan Patroli Udara untuk Pengawasan dan Pengendalian Hutan

pesawat-microlight-trike-milik-balai-tn-alas-purwo-banyuwangi:-memudahkan-patroli-udara-untuk-pengawasan-dan-pengendalian-hutan
Pesawat Microlight Trike Milik Balai TN Alas Purwo Banyuwangi: Memudahkan Patroli Udara untuk Pengawasan dan Pengendalian Hutan
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Radarbanyuwangi.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki pilot pesawat Microlight Trike handal. Keberadaannya sangat dibutuhkan untuk patroli pengamanan kawasan Taman Nasional. Pilot itu Sutikno, 44, yang bertugas Balai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

Untuk meningkatkan pengamanan, Balai Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Kecamatan Tegaldlimo mengoperasikan satu unit pesawat udara microlight trike. Pengoperasian pesawat terbang itu sudah dilakukan sejak 2011 silam.

Satu-satunya pilot yang mendapatkan lisensi Sport Pilot License (SPL) itu Sutikno, 44, 0warga Dusun Kepatihan, Desa Kedaleman, Kecamatan Rogojampi. “Kalau sehari-hari saya Kepala Resort Kucur di Balai TNAP,” kata Sutikno.

Menjadi pilot menjadi pengalaman yang luar biasa. Apalagi juga mendapatkan sertifikasi dan lisensi laik terbang sesuai standar yang telah ditetapkan sejak 2011 silam. Untuk mengoperasionalkan pesawat ini, harus memiliki Sport Pilot Lisensi (SPL) dari Dirjen Perhubungan Udara.

Setiap tahunnya, sebagai pilot Sutikno dituntut medical check up ke Jakarta. Jika kondisinya dinyatakan tidak sehat, maka tidak bisa terbang. Belum lagi, setiap tahun juga harus mengikuti uji kelaikan terbang. “Trike ini pesawat yang diciptakan untuk olahraga,” terangnya.

Di pesawat ini jangan membayangkan ada instrumen radar cuaca, avionic, maupun alat komunikasi yang rumit dan tertanam di konsol kokpit trike. “Yang ada hanya beberapa instrumen sederhana seperti altimeter, penunjuk putaran mesin, dan kecepatan,” terangnya.

Penunjuk arah terbang menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS) yang ditempelkan pada bagian depan pilot. Trike itu terbang visual, jadi kebanyakan serba manual.

“Kalau setiap orang bisa menerbangkan pesawat ini, tapi tidak semua bisa landing karena harus menggunakan filling mendorong wings,” katanya.

Baca Juga: Momen Langka di TN Alas Purwo Banyuwangi, Burung Merak Jantan Mekarkan Ekor Saat Musim Kawin Tiba

Penggunaan Microlight Trike ini sangat bermanfaat dalam mendukung kegiatan pengelolaan hutan dan lingkungan, seperti untuk pengamanan hutan, patroli udara, serta pengawasan dan pengendalian kawasan hutan dan lingkungan (forest and environment surveilance).

“Pesawat ini juga dapat digunakan untuk pemantauan hotspot, pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, pemetaan tata batas, serta percepatan proses penetapan kawasan hutan,” ungkapnya.

Baca Juga: Bulan Juni-September Saat yang Tepat Kunjungi TN Alas Purwo Banyuwangi, Merak Hijau Masuk Musim Kawin: Cocok Jadi Alternatif Liburan Sekolah

Selain itu, pesawat ini juga bisa untuk inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, survey udara, dan potret udara untuk koreksi Informasi Geospasial Database. Juga berguna dalam tanggap cepat bencana alam, penebaran benih, serta pengendalian hama dan penyakit. 

“Saat kebakaran hutan di kawasan gunung api ijen, saya juga terbang diketinggian 7.000 fit untuk mencari titik api,” jelasnya.


Page 2

Penggunaan Microlight Trike ini sangat bermanfaat dalam mendukung kegiatan pengelolaan hutan dan lingkungan, seperti untuk pengamanan hutan, patroli udara, serta pengawasan dan pengendalian kawasan hutan dan lingkungan (forest and environment surveilance).

“Pesawat ini juga dapat digunakan untuk pemantauan hotspot, pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, pemetaan tata batas, serta percepatan proses penetapan kawasan hutan,” ungkapnya.

Selain itu, pesawat ini juga bisa untuk inventarisasi dan pemantauan sumber daya hutan, survey udara, dan potret udara untuk koreksi Informasi Geospasial Database. Juga berguna dalam tanggap cepat bencana alam, penebaran benih, serta pengendalian hama dan penyakit. 

“Saat kebakaran hutan di kawasan gunung api ijen, saya juga terbang diketinggian 7.000 fit untuk mencari titik api,” jelasnya.

Menjadi pilot juga meninggalkan pengalaman yang tak bisa dilupakan. Pada 2014 pernah jatuh akibat faktor X hingga masuk kelaut di sekitar Pantai Ngagelan, wilayah TNAP.

“Lokasi di pantai Ngagelan itu memang masih faktor X dan belum terjawab. Di lokasi itu dulu pesawat latih BIFA jatuh dan sampai saat ini masih menjadi misteri,” katanya.

Pesawat MT jenis Airbone yang kini dimiliki Balai TNAP tersebut, memiliki jelajah tempur dengan kapasitas tangki 70 liter, dan bisa digunakan terbang dengan waktu maksimal empat  jam.

Dengan TNAP seluas 43.420 hektare hanya membutuhkan 1,5 jam dan masih sangat mendukung. “Pesawat ini memiliki jelajah terbang dengan ketinggian maksimal 10 ribu feet, dan terbang rendah bisa satu meter dari permukaan tanah. Namun biasa terbang diketinggian 700 feet ke bawah,” ujarnya.

Saat ini, pesawat ini berada di landasan pacu pesawat Blok Jati Papak, Resort Pancur, TN Alas Purwo. Dengan adanya pesawat ini petugas dapat menjangkau lokasi yang sulit dilalui medan darat. “Pesawat ini hanya digunakan untuk patroli pengamanan, tidak diperuntukan bagi wisatawan,” katanya.(abi)


Page 3

Menjadi pilot juga meninggalkan pengalaman yang tak bisa dilupakan. Pada 2014 pernah jatuh akibat faktor X hingga masuk kelaut di sekitar Pantai Ngagelan, wilayah TNAP.

“Lokasi di pantai Ngagelan itu memang masih faktor X dan belum terjawab. Di lokasi itu dulu pesawat latih BIFA jatuh dan sampai saat ini masih menjadi misteri,” katanya.

Pesawat MT jenis Airbone yang kini dimiliki Balai TNAP tersebut, memiliki jelajah tempur dengan kapasitas tangki 70 liter, dan bisa digunakan terbang dengan waktu maksimal empat  jam.

Dengan TNAP seluas 43.420 hektare hanya membutuhkan 1,5 jam dan masih sangat mendukung. “Pesawat ini memiliki jelajah terbang dengan ketinggian maksimal 10 ribu feet, dan terbang rendah bisa satu meter dari permukaan tanah. Namun biasa terbang diketinggian 700 feet ke bawah,” ujarnya.

Saat ini, pesawat ini berada di landasan pacu pesawat Blok Jati Papak, Resort Pancur, TN Alas Purwo. Dengan adanya pesawat ini petugas dapat menjangkau lokasi yang sulit dilalui medan darat. “Pesawat ini hanya digunakan untuk patroli pengamanan, tidak diperuntukan bagi wisatawan,” katanya.(abi)

Radarbanyuwangi.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki pilot pesawat Microlight Trike handal. Keberadaannya sangat dibutuhkan untuk patroli pengamanan kawasan Taman Nasional. Pilot itu Sutikno, 44, yang bertugas Balai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.

Untuk meningkatkan pengamanan, Balai Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Kecamatan Tegaldlimo mengoperasikan satu unit pesawat udara microlight trike. Pengoperasian pesawat terbang itu sudah dilakukan sejak 2011 silam.

Satu-satunya pilot yang mendapatkan lisensi Sport Pilot License (SPL) itu Sutikno, 44, 0warga Dusun Kepatihan, Desa Kedaleman, Kecamatan Rogojampi. “Kalau sehari-hari saya Kepala Resort Kucur di Balai TNAP,” kata Sutikno.

Menjadi pilot menjadi pengalaman yang luar biasa. Apalagi juga mendapatkan sertifikasi dan lisensi laik terbang sesuai standar yang telah ditetapkan sejak 2011 silam. Untuk mengoperasionalkan pesawat ini, harus memiliki Sport Pilot Lisensi (SPL) dari Dirjen Perhubungan Udara.

Setiap tahunnya, sebagai pilot Sutikno dituntut medical check up ke Jakarta. Jika kondisinya dinyatakan tidak sehat, maka tidak bisa terbang. Belum lagi, setiap tahun juga harus mengikuti uji kelaikan terbang. “Trike ini pesawat yang diciptakan untuk olahraga,” terangnya.

Di pesawat ini jangan membayangkan ada instrumen radar cuaca, avionic, maupun alat komunikasi yang rumit dan tertanam di konsol kokpit trike. “Yang ada hanya beberapa instrumen sederhana seperti altimeter, penunjuk putaran mesin, dan kecepatan,” terangnya.

Penunjuk arah terbang menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS) yang ditempelkan pada bagian depan pilot. Trike itu terbang visual, jadi kebanyakan serba manual.

“Kalau setiap orang bisa menerbangkan pesawat ini, tapi tidak semua bisa landing karena harus menggunakan filling mendorong wings,” katanya.

Exit mobile version