DUA buah harimau yang telah diawetkan, tampak tertata menyambut setiap tamu di depan pintu rumah. Sementara di dalam, beberapa kepala harimau tertempel di dinding. Tidak Hanya itu, sebuah lukisan gandrung dari kanvas kulit juga terlihat menghiasi ruang tamu rumah.
Sepintas patung- patung itu sangat mirip dengan binatang yang diawetkan. Dari sisi anatomi, ukuran, maupun ekspresi wajahnya. Motif loreng pada kulit patung harimau, sangat persis dengan aslinya. Tapi siapa sangka, patung-patung binatang seperti macan, harimau, dan binatang buas lain yang tersimpan di rumah Dandy, itu hanya patung belaka.
Semua bagian pada patung itu hanya rekaan semata. Satu-satunya yang berasal dari binatang, hanya kulit, itu pun dari kulit kambing dan sapi, bukan jenis harimau atau binatang buas lainnya. “Saya pakai kulit sapi dan kambing,” ucapnya. Tidak main-main, pembuatan patung yang sangat identik dengan bentuk aslinya itu tidak terjadi begitu saja. Sebelum berkarya, Dandy melakukan banyak riset untuk membuat patung satwa dilindungi agar sesuai dengan aslinya.
“Riset biar seperti aslinya,” terangnya. Malahan harus mendatangkan produk dari Amerika untuk pengganti mata satwa. “Dulu saya ambil ini di Amerika, setelah itu kami pelajari, kini bikin sendiri bisa,” ucapnya sembari menunjukkan beberapa bentuk bola mata.
Untuk membuat satu patung harimau dan satwa sejenis, dia melibatkan enam orang yang sudah memiliki kemampuan tersendiri, mulai dari pembentukan bodi, pemasangan kulit, hingga pewarnaan. Mereka memiliki tanggung jawab masing-masing.
“Pekerja ada enam orang, satu patung selesai lima hari,” ungkapnya. Dalam pembuatannya itu setiap detail bentuk mulai dari cakar, rambut, hingga gigi menjadi prioritas. Kerja keras ini, berbuah pada pengakuan dari para kolektor benda antik. Saat ini, produk sejenis hanya bisa diproduksi seniman di Tiongkok dan India.
“Yang bikin ini hanya kita, China, dan India, “ucapnya. Penggemar koleksi patung ini pun tidak main-main. Menurut pria yang memiliki delapan putra ini, sebagian besar pemesan adalah petinggi militer yang tinggal di Jakarta. Selain itu, di kota-kota besar di seluruh Indonesia juga memiliki reseler yang sudah lama bekerja sama.
“Patung ini sering dikirim ke Jakarta, di Timika juga ada, di pulau lain juga banyak,” jelasnya. Untuk hasil kerajinannya itu, harga yang dipatok setiap satwa pun berbeda, tergantung bentuk ekspresi wajah dan gerakan. Tapi secara umum, harga satu patung itu mulai Rp 15 juta hingga Rp 25 juta.
“Harganya tergantung bentuk dan ekspresi wajah,” ucapnya. Kemiripan bentuk ini ternyata sempat mengundang masalah. Dia beberapa kali berurusan dengan petugas perlindungan satwa karena dianggap melakukan tindakan ilegal. Petugas baru memahami jika itu merupakan tiruan saat menunjukkan bahan yang digunakan dalam pembentukan seperti karbon putih dan sejumlah bahan kimia lainnya.
“Petugas banyak yang datang, dikira satwa lindung yang diawetkan,” ungkapnya. Untuk melindungi konsumen dan perjalanan dari kecurigaan petugas, dia menyertakan sertfifikasi berisi kualifikasi bahan baku. Itu dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dengan petugas. “Dulu pernah berurusan dengan petugas,” jelasnya. (radar)