Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengunjungi Mata Air ‘Kucur’ di Setail Genteng; Tak Pernah Kering, Kerap Dipakai Meditasi

mengunjungi-mata-air-‘kucur’-di-setail-genteng;-tak-pernah-kering,-kerap-dipakai-meditasi
Mengunjungi Mata Air ‘Kucur’ di Setail Genteng; Tak Pernah Kering, Kerap Dipakai Meditasi
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

RadarBanyuwangi.id – Mata air ini dianggap memiliki aura positif. Bahkan, ada yang beranggapan mandi tempat ini dapat membersihkan kotoran lahir dan batin.

Sumber air ini juga tidak pernah kering. Meskipun bencana kekeringan beberapa kali melanda Banyuwangi, air tetap mengucur dari sumber tersebut. Maka dari itu, warga menyebut sumber tersebut dengan sebutan Kucur.

Tempat ini adalah salah satu saksi bagaimana saya menikmati keriangan masa kecil. Jaraknya sekitar 300 meter dari rumah saya di Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng.

Baca Juga: Gempa 5,5 SR Guncang Gunungkidul, BMKG: Sumber dari Zona Megathrust di Selatan Yogyakarta, Tanpa Potensi Tsunami

Orang-orang menyebutnya dengan ”Kucur”. Nama ini juga yang kemudian digunakan untuk menamai wilayah di daerah tersebut, yakni Jalen Kucur.

Iya, Kucur adalah sumber air. Warga sekitar memanfaatkannya untuk melakukan aktivatas mandi, cuci, kakus (MCK). Ada juga yang mengambil air untuk minum. Letaknya di tengah-tengah kebun milik warga.

Namun, Kucur juga menyimpan berbagai cerita. Mulai sejarah sampai cerita mistis. Waktu kecil, saya sering mendengar banyak cerita soal tempat ini.

Misalnya, ketika mendapatkan ikan dari tempat ini, harus ditiup dulu matanya sebanyak tujuh kali. Kalau berkedip, berarti dia ”ikan setan”. Tetapi kalau tidak, berarti dia ikan biasa.

Baca Juga: Lahir dari Cerita Rakyat sebagai Sumber Inspirasinya, Boneka Labubu Muncul Tahun 2015: Berikut Ini Sosok Kreatornya

Ada juga cerita-cerita lain seperti keberadaan penunggu berwujud ”Mbah Jenggot” yang menempati pojokan kolam.

Juga larangan membunuh ular. Konon, jika ada yang membunuh ular, maka seolah-olah seluruh kolam penuh dengan ular. Dan, masih banyak cerita-cerita lainnya.

Sabtu (12/10), sekitar pukul 09.30, saya datang lagi ke Kucur. Ingin ”memanggil” memori-memori masa kecil. Memori mandi usai bermain dengan teman-teman. Memori mandi sebelum subuh saat hari Lebaran.

Dari atas sumber air ini tampak sepi. Tidak ada warga yang melakukan aktivitas MCK seperti waktu saya kecil. Apakah saat ini memang sudah tidak ada warga yang melakukan aktivitas MCK di tempat ini, ataukah saya yang datang kesiangan. Entahlah.

Baca Juga: Gawat, Film Drakor Diduga Jadi Sumber Inspirasi Wanita Asal NTT Saat Begal Taksi Online di Surabaya


Page 2

Baca Juga: Pemilik Lahan Temukan Keris Kecil Dekat Sumber Air Sumbersari Srono, Pernah Ditawar Pabrik Air Minum

Dia tidak tahu pasti tahun kedatangan KH Abdullah Syuhada ke daerah ini dan membabat hutan. Yang jelas, jika dilacak dari tahun tokoh yang hidup sezaman yakni KH Abdul Basyar tersebut, kemungkinan peristiwa pembabatan hutan di wilayah Jalen Kucur terjadi di rentang akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20.

Mbah Dur bercerita, Kucur dari dulu memang selalu ramai dijadikan tempat MCK.

Sebab, dahulu orang-orang tidak banyak yang memiliki toilet dan kamar mandi sendiri. Banyak juga orang-orang yang datang untuk urusan spiritual dan mistis.

”Tidak tahu secara pastinya mereka melakukan apa di sana, dan saya juga tidak mau menghakimi. Yang jelas, sering ada yang ke tempat itu untuk menyuguhkan wadah berisi sesajen,” ujar Mbah Dur.

Baca Juga: Mengenang Sidik Bintoro, Wartawan Senior Banyuwangi; Dikenal lewat Acara Lereh-Lereh, Semua Sumber Berita Dianggap Teman Baik

Kucur sebelumnya juga pernah dijadikan sumber air untuk disalurkan ke masyarakat. Tepatnya pada kisaran tahun 1982.

Penggagasnya adalah Yayasan Pesantren Darussalam Blokagung. Kala itu, ada dana hibah sejumlah Rp 14 juta.

Kucur direnovasi dan airnya disalurkan menggunakan pipa, dipompa ke masjid dan musala yang berada di sekitarnya.

”Waktu itu KH Mukhtar Syafa’at langsung yang meletakkan batu pertama. Tapi lambat laun pompanya rusak dan warga sekitar juga tidak mau memperbaiki,” beber laki-laki dengan 5 anak itu.

Baca Juga: Sering Dianggap Sampah Jerami Padi Bisa Menjadi Sumber Cuan

Mbah Dur menambahkan, mata air di Kucur juga tidak pernah kering. Misalnya, saat kemarau berkepanjangan tahun 1970-an, sumber air dari Kucur tetap mengalir meskipun tak sebesar biasanya.

”Tidak tahu juga ya sumbernya itu munculnya dari mana. Yang jelas tidak pernah berhenti mengalir. Kersane Gusti,” tegasnya.

Iya. Saya juga tidak pernah mengalami Kucur asat. Di musim kemarau, kali ini juga masih mengalir. Walaupun debitnya tidak sebesar saat musim hujan.

Meski semakin sepi karena warga mayoritas punya kamar mandi, Kucur tetap mengalir sampai sekarang dan masih diminati. (Rizqi Hasan/sgt/c1)


Page 3

Namun ketika turun, ada laki-laki yang sedang duduk. Dia datang bersama putrinya yang berusia sekitar 3 tahun. Tapi dia bukan warga sekitar.

Jadi saya berkenalan dengan dia. Namanya Agus Muchtar Afandi, 36, mengaku berasal dari Desa Krikilan, Kecamatan Glenmore.

”Mencari ketenangan. Enak di sini suasananya,” jawabnya ketika saya bertanya perihal aktivitasnya di lokasi tersebut.

Saya pun tidak langsung percaya. Sebab, jika benar rumahnya di Krikilan, maka jarak kediamannya dengan Sumber Kucur cukup jauh. Sekitar 15 kilometer (km).

Jadi saya menanyainya lebih lanjut. Ternyata pria yang mengaku karib disapa Afan tersebut berada di Kucur untuk tujuan lain—urusan spiritual. Dia mengaku usai melakukan aktivitas mandi untuk penyucian diri.

Baca Juga: Sumber Air Dipercaya Berkasiat, Bisa Langsung Diminum, Tak Berlumut Meski Sebulan Disimpan

”Dulu sama guru sekaligus teman sebenarnya disuruh di tempuran Sungai Setail. Tapi saya takut tiba-tiba volume air membesar ketika di atas (hulu) hujan. Jadi, saya disarankan untuk ke sini,” ujarnya.

Afan menyebut, dia memang sering datang ke Kucur. Utamanya pada malam 10 Muharam (Suro). Menurutnya, mandi tempat ini dapat membersihkan kotoran lahir dan batin.

”Apalagi, auranya di sini positif. Kalau mandi di tempat yang punya aura positif, bisa menemukan ketenangan sejati. Jadi, kalau senggang sering ke sini juga,” beber pria berjenggot tipis itu.

Afan bukan satu-satunya orang yang datang ke Kucur untuk urusan spiritual. Sebelumnya, banyak juga orang yang datang dengan tujuan yang sama.

Baca Juga: Pemilik Lahan Temukan Keris Kecil Dekat Sumber Air Sumbersari Srono, Pernah Ditawar Pabrik Air Minum

Bahkan, sekitar tahun 2010-an, ada juga praktisi spiritual asal Kediri yang rela merogoh kocek untuk merenovasi Kucur.

Tujuannya, agar bisa dipakai berendam dan meditasi setiap malam. Namun, sayangnya saya tidak berhasil menemui dia.

Sekitar pukul 10.15, saya beranjak dari Kucur. Menuju rumah Abdurrahman, 75, salah satu putra dari KH Abdullah Syuhada, tokoh agama yang pertama kali ”membabat” hutan di wilayah ini.

”Kalau awal mula terbentuknya, saya jelas tidak tahu. Sumber air itu sudah ada dari dulu. Yang jelas waktu Bapak mbabat, sumber air itu sudah ada,” tutur pria yang akrab disapa Mbah Dur itu.