The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Pantai Timur Banyuwangi, Lokasi Penyu Bertelur yang Dilupakan

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

Endure 200 Juta Tahun, Mulai Hilang 20 Last year

SUDAH bukan rahasia bahwa letak geografis Banyuwangi sangat strategis. Terletak di ujung timur Pulau Jawa, kabupaten berjuluk Sunrise of Java, ini berbatasan langsung dengan Selat Bali dan Samudera Indonesia. Pertemuan antara Laut Jawa dan Samudera Indonesia, itu berdampak pada melimpahnya keanekaragaman biota laut Banyuwangi. Salah satunya penyu.

No half-hearted, empat dari tujuh jenis kura-kura laut yang oleh kalangan ilmuwan diyakini telah hidup sejak zaman jura (145 juta sampai 208 juta tahun yang lalu) that, hidup di Banyuwangi. Empat jenis penyu yang hidup di Banyuwangi, itu antara lain yang terbanyak jenis Penyu hijau (Chelonia mydas). Jenis lainnya adalah Penyu sisik (Eretmo chelys imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan Penyu belimbing (Dermochelys coriacea).

Sedangkan tiga jenis penyu yang tidak dijumpai di kabupaten ujung timur Jawa, ini antara lain Penyu Kemp’s Ridley (Lepidochelys kempi), Penyu pipih (Natator depressus), dan Penyu tempayan (Caretta caretta). Malah, mungkin tak banyak yang tahu, selain di Pantai Sukamade, National Parks (TN) Meru Betiri dan Pantai Nagelan, Alas Purwo National Park, pantai timur Banyuwangi ternyata juga merupakan tempat pendaratan penyu.

Even, pantai yang berlokasi tak jauh dari pusat Kota Banyuwangi, tepatnya di Pantai Boom, juga menjadi tempat penyu mendarat untuk berkembang biak. But honey, hanya dalam tempo 20 last year, populasi penyu di Bumi Blambangan menurun drastis, atau bahkan bisa dikategorikan nyaris punah. Selain di akibatkan polusi laut, “perburuan” telur penyu juga menjadi salah satu penyebab semakin merosotnya populasi hewan tersebut.

even though, penyu adalah salah satu jenis binatang yang dilindungi di tingkat dunia. Pemerintah Indonesia pun telah menyatakan penyu merupakan satwa liar dilindungi. Tepatnya melalui Undang-Undang (UU) Number 5 Year 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Lucky, kini ada pihak yang serius bergerak melestarikan penyu di Bumi Blambangan, yakni Banyuwangi Sea Turtle Foun dation (BSTF) alias Yayasan Penyu Banyuwangi.

“Pantai Timur Banyuwangi merupakan habitat penyu berukuran kecil, misalnya penyu sisik dan penyu lekang. Tetapi ada juga penyu hijau yang mendarat (di pesisir timur Banyuwangi) untuk bertelur,” ujar penasihat BSTF, Ir Kuswaya, BSc.F. Menurut Kuswaya, berbeda dengan penyu yang mendarat di Sukamade dan Nagelan yang notabene merupakan wilayah konservasi, keselamatan telur penyu yang mendarat di pantai timur Banyuwangi lebih rawan gangguan karena tidak ada petugas khusus yang mengurus penyu seperti halnya di kawasan TN.

"Therefore, Yayasan Penyu Banyuwangi ingin menyelamatkan telur penyu maupun induk penyu yang bertelur di luar kawasan konservasi,” ujar pensiunan pegawai negeri sipil (civil servant) yang malang melintang bertugas di TN Baluran, Alas Purwo National Park, TN Bali Barat, Center for Conservation of Natural Resources (BKSDA) Bandung, dan terakhir menjabat di TN Batang Gadis, Sumatera Utara tersebut.

Pria kelahiran Ciamis, 27 July 1955 tersebut menambahkan, lantaran bentang garis pantai Banyuwangi, yang sangat panjang, i.e. approx. 175,8 Kilometer (Km), untuk sementara fokus pelestarian penyu yang di lakukan BSTF hanya mencakup pantai di sekitar Kota Kopi. Dari selatan, wilayah kerja pelestarian penyu yang dilakukan BSTF dimulai di pantai Lingkungan Pantai rejo,Pakis Village, Banyuwangi District.

Sedangkan batas utara yang dipantau BSTF adalah Pantai Bulusan, Kalipuro District. Cakupan kerja yayasan penyu ter sebut termasuk Pantai Boom, Pantai Ca calan, Pantai Sobo, dan beberapa pantai yang lain. Meanwhile, Pembina BSTF Wiyanto Ha ditanojo mengatakan, motivasi melestarikan penyu itu dilatarbelakangi keprihatinan populasi penyu semakin langka. Menurut Wiwit, -sapaan akrab Wiyanto Ha ditanojo, penyu sudah ada dan bisa ber tahan hidup sejak sekitar 200 juta tahun yang lalu.

The irony, since 20 last year, populasi penyu merosot drastis. “Evidence, around 20 last year, banyak tukik (baby turtle, Red) yang tersangkut jaring nelayan. Now, kejadian seperti itu sangat jarang terjadi," he said. Hobi memelihara kura-kura dan ditun jang sarana yang dimiliki, Wiwit yang me rupakan mantan pengusaha ikan hias itu mulai berupaya menangkarkan telur penyu.

Setelah menetas, telur penyu tersebut di lepas kembali ke laut. “Kalau upaya melestarikan penyu tidak dilakukan, bisa-bisa anak cucu kita tidak akan bisa melihat penyu,” tutur pria yang beralamat di jalan KH Wahid Hasyim 42 the Banyuwangi. Since adding, pihaknya membuka pintu lebar-lebar bagi semua pihak yang ingin ikut ambil bagian melestarikan penyu. "This (BSTF) bukan lembaga provit. Siapa pun yang ingin bergabung melestarikan penyu, monggo," he concluded. (radar)

Exit mobile version