The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

The Goalkeeper for the Indonesian Women's National Football Team Turns Out to be a Girl from Banyuwangi, Who's he?

kiper-timnas-sepak-bola-wanita-indonesia-ternyata-cewek-asal-banyuwangi,-siapa-dia?
The Goalkeeper for the Indonesian Women's National Football Team Turns Out to be a Girl from Banyuwangi, Who's he?
Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

RadarBanyuwangi.id – “Bahwa kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Tugas kita mempersiapkan dan menjalankan sebaik-baiknya proses hidup yang telah digariskan”

Setidaknya hal itu yang diyakini Laita Ro’ati Masykuroh, 24, asal Dusun Ringinmulyo, Ringintelu Village, Bangorejo District, yang menjadi kiper timnas sepakbola wanita Indonesia.

Kepercayaan Laita pada kutipan di atas tentu bukan tanpa alasan. Perempuan yang saat sekolah bercita-cita menjadi seorang pegawai kantoran dengan pakaian rapi dan wangi, justru berkarir di bidang lain.

Yes, pada akhirnya perempuan kelahiran 19 October 1999 ini tidak bekerja sebagai teller bank, admin kantor, atau pekerjawangi” other.

Laita justru menjadi pesepakbola wanita profesional. Even, bukan pesepakbola biasa yang bermain di kampung-kampung, tapi menjadi pemain timnas Indonesia.

Recently, Laita berkesempatan menjadi pemain tamu dalam sebuah turnamen sepak bola di Dusun Darungan, Tegalarum village, Sempu Kecamatan District.

On that occasion, perempuan yang baru lulus dari Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan ini, bercerita tentang perjalanannya sampai dipanggil Satoru Mochizuki, kepala pelatih timnas Sepakbola Perempuan Indonesia.

Laita mengisahkan sejak kecil lebih suka bergaul dengan teman laki-laki. No wonder, sepakbola, menjadi olahraga yang tidak asing baginya. “Pada waktu sekolah di MI Al Hidayah Desa Ringintelu dan MTsN 9 Banyuwangi, saya sudah kelihatan tomboy,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng pada Rabu (25/9).

Karena lebih suka bermain dengan laki-laki, sempat membuat kedua orangtuanya khawatir. Dan akhirnya, disekolahkan di SMKN 1 Tegalsari.

“Saya disekolahkan di Krasak (Vocational High School 1 Tegalsari) mengambil jurusan Akuntansi, alasannya sederhana, biar ketemu banyak temen perempuan," he said.

Karena mempelajari ilmu administrasi perkantoran dan akuntansi itu pula, Laita kemudian punya keinginan kuat untuk menjadi seorang pegawai kantoran.

“Ini didukung orang tua, orang tua juga pingin saya kerja di kantor," he said.

Tapi harapan tinggal harapan, ketika lulus SMKN 1 Tegalsari Laita justru meneruskan kuliah di Universitas Malang dengan mengambil Jurusan Keolahragaan. “Pas kelas tiga, saya akhirnya ambil olahraga karena Akuntansi bikin pusing,” katanya sambil tertawa.

Karena kuliah di jurusan itu pula, Laita lebih sering bersinggungan dengan dunia si kulit bundar. The peak, on 2019 bergabung dengan tim futsal kampusnya. “Awalnya futsal dulu, ikut kampus sama tim luar juga," he said.


Page 2

Saat ikut futsal itu, Laita langsung berposisi sebagai kiper. Kemampuannya menghalau bola masuk ke gawangnya, terus terasah hingga akhirnya banyak tim amatir di Malang mengajaknya berlatih.

“Dulu saya ikut tim namanya Banteng Muda," he explained.

Terus berlatih, Laita bertekat memoles kemampuanya. Ia terus mencari panggung guna memperbanyak jam terbangnya.

“Sempat ragu karena cuma latihan saja, tidak ada pertandingan, akhirnya semangat lagi karena ketemu tim ini,” ujar perempuan berambut panjang itu.

Di tim ini cewek ini kerap tampil dalam pertandingan persahabatan hingga turnamen. Dan itu membuatnya yakin untuk terjun ke ranah professional.

“Karena memang suka sepakbola, akhirnya diseriusi. Apalagi ketika ikut pertandingan-pertandingan dapat uang," he said.

Banjir kesempatan unjuk gigi itu juga, membuat namanya banyak diketahui oleh para pemandu bakat tim sepakbola wanita yang ada di Malang.

“Karena sering tampil di turnamen-turnamen besar, tahun lalu saya dapat panggilan timnas Indonesia," he said.

Pemanggilan itu sempat ragu, karena kompetisi sepak bola wanita di Indonesia masih belum berjalan. Tapi tetap dijalani dan bisa memotivasi untuk bias jalan.

“Meski kompetisinya belum ada, PSSI di bawah kepemimpinan Pak Erik Tohir para pemain yakin akan ada titik terang,He said.

Saat masuk timnas, kedua orang tuanya sempat kaget karena khawatir akan terus di jalur atlet dan tidak bekerja sesuai cita-citanya dulu.

“Saya yakinkan, untungnya orang tua saya selalu mendukung, jadinya tetap lanjut," he explained.

Saat ini Laita mengaku sedang dalam proses latihan keras di timnya untuk bisa merebut posisi kiper utama timnas Indonesia.

“Sekarang ini saya masih jadi kiper pelapis, target saya bisa jadi kiper utama timnas Indonesia," he concluded.(abi)


Page 3

RadarBanyuwangi.id – “Bahwa kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Tugas kita mempersiapkan dan menjalankan sebaik-baiknya proses hidup yang telah digariskan”

Setidaknya hal itu yang diyakini Laita Ro’ati Masykuroh, 24, asal Dusun Ringinmulyo, Ringintelu Village, Bangorejo District, yang menjadi kiper timnas sepakbola wanita Indonesia.

Kepercayaan Laita pada kutipan di atas tentu bukan tanpa alasan. Perempuan yang saat sekolah bercita-cita menjadi seorang pegawai kantoran dengan pakaian rapi dan wangi, justru berkarir di bidang lain.

Yes, pada akhirnya perempuan kelahiran 19 October 1999 ini tidak bekerja sebagai teller bank, admin kantor, atau pekerjawangi” other.

Laita justru menjadi pesepakbola wanita profesional. Even, bukan pesepakbola biasa yang bermain di kampung-kampung, tapi menjadi pemain timnas Indonesia.

Recently, Laita berkesempatan menjadi pemain tamu dalam sebuah turnamen sepak bola di Dusun Darungan, Tegalarum village, Sempu Kecamatan District.

On that occasion, perempuan yang baru lulus dari Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan ini, bercerita tentang perjalanannya sampai dipanggil Satoru Mochizuki, kepala pelatih timnas Sepakbola Perempuan Indonesia.

Laita mengisahkan sejak kecil lebih suka bergaul dengan teman laki-laki. No wonder, sepakbola, menjadi olahraga yang tidak asing baginya. “Pada waktu sekolah di MI Al Hidayah Desa Ringintelu dan MTsN 9 Banyuwangi, saya sudah kelihatan tomboy,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng pada Rabu (25/9).

Karena lebih suka bermain dengan laki-laki, sempat membuat kedua orangtuanya khawatir. Dan akhirnya, disekolahkan di SMKN 1 Tegalsari.

“Saya disekolahkan di Krasak (Vocational High School 1 Tegalsari) mengambil jurusan Akuntansi, alasannya sederhana, biar ketemu banyak temen perempuan," he said.

Karena mempelajari ilmu administrasi perkantoran dan akuntansi itu pula, Laita kemudian punya keinginan kuat untuk menjadi seorang pegawai kantoran.

“Ini didukung orang tua, orang tua juga pingin saya kerja di kantor," he said.

Tapi harapan tinggal harapan, ketika lulus SMKN 1 Tegalsari Laita justru meneruskan kuliah di Universitas Malang dengan mengambil Jurusan Keolahragaan. “Pas kelas tiga, saya akhirnya ambil olahraga karena Akuntansi bikin pusing,” katanya sambil tertawa.

Karena kuliah di jurusan itu pula, Laita lebih sering bersinggungan dengan dunia si kulit bundar. The peak, on 2019 bergabung dengan tim futsal kampusnya. “Awalnya futsal dulu, ikut kampus sama tim luar juga," he said.