Bulan Januari Naik Duat Digit
BANYUWANGI- Keputusan pemerintah menaikkan tarif dasar listrik 900 VA dan biaya pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), berdampak pada melemahnya daya beli rakyat. Itu tergambar dari meningkatnya laju inflasi bulan Januari hingga 0,66 persen atau naik dua digit dari inflasi Desember tahun lalu yang hanya 0,47 persen saja.
Berdasar rilis yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Banyuwangi, laju inflasi Januari didorong dua pemicu utama. Yakni kenaikan tarif dasar listrik 900 VA dan kenaikan biaya pengurusan STNK dan BPKB. Kepala BPS Banyuwangi Mohammad Amin, mengatakan Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,66 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 122,50 pada bulan Desember 2016 menjadi 123,31 pada bulan Januari 2017.
“Lima besar pemicu inflasi dari yang memberikan andil paling besar yakni kenaikan harga tarif listrik, biaya perpanjangan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Bahan Bakar Mesin (BBM), cabai rawit, dan tarif pulsa ponsel” ungkap Amin.
Kenaikan tarif listrik hingga 12,50 persen itu, ungkap Amin, mendorong inflasi Banyuwangi sebesar 0,38 persen. Kenaikan tarif listrik bertujuan agar subsidi energi listrik dapat tepat sasaran. “Pemerintah bersama PT PLN (Persero) mengeluarkan kebijakan menaikkan tarif listrik mulai 1 Januari 2017 untuk pelanggan listrik rumah tangga 900 VA secara bertahap,” katanya.
Pemicu kedua adalah biaya proses STNK untuk kendaraan roda dua dan empat yang dimulai tanggal 6 Januari 2017 dan mendorong inflasi sebesar 102,73 persen dengan (andil sebesar 0,24 persen). Kenaikan tarif pengurusan berdasar Peraturan Pemerintah (PP) No.60 tahun 2016.
Tarif tersebut bukan kenaikan pajak yang dikenakan pada kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat, namun kenaikan pada pos biaya lain, salah satunya adalah biaya administrasi, kendaraan roda empat Rp 50 ribu dan kendaraan roda dua Rp 25 ribu untuk satu tahun.
Kenaikan harga BBM menempati posisi ketiga sebagai pemicu inflasi. Kenaikan harga BBM menyumbang inflasi sebesar 4,32 persen dengan andil 0,17 persen. PT. Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga (BBM) untuk jenis Pertamax, Series, Pertalite, dan Dexlite sebesar Rp 300 per liter.
Sedangkan pemicu inflasi daerah keempat adalah meroketnya harga cabai rawit.Cabai rawit menyumbang inflasi 0,14 persen. Amin mengatakan, cuaca buruk menyebabkan tanaman cabai rawit banyak yang busuk sehingga produksi menurun. Sementara permintaan pasar relatif tinggi.
“Meroketnya harga cabai rawit tersebut ternyata tidak diikuti cabai merah. Dibanding bulan Desember 2016 cabai merah justru mengalami penurunan sebesar 0,06 persen,” ujarnya. Amin mengungkapkan, laju inflasi Januari 2017 ditahan oleh lima penyumbang andil deflasi terbesar yakni tarif kereta api, daging ayam ras, beras, tempe, dan perhiasan emas.
Pasca kenaikan tarif pada bulan Desember 2016 yang bertepatan dengan liburan sekolah, Natal dan tahun baru, pada bulan Januari 2017 tarif kereta api dan angkutan udara kembali normal. “Penurunan harga tiket kereta api memberikan angka deflasi sebesar 16,52 persen dengan andil-0,16 persen sedangkan daging ayam ras memberikan andil 0,15 persen, “tandasnya.
Sementara itu terkait harga cabai rawit, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ketut Kencana melalui Kepala Bidang Perdagangan, Suminten mengatakan pemerintah tidak bisa mengintervensi harga cabai rawit secara langsung.
“Usaha yang dapat kami lakukan adalah bekerja sama dengan Bulog untuk OSHP untuk meredam kecemasan masyarakat. Dan kami sarankan agar ibu rumah tangga mulai sekarang menanam cabai di poly bag, untuk menghemat pengeluaran, “ harapnya. (radar)