Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Berwisata Sekaligus Belajar Konservasi di Pantai Cemara Banyuwangi

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Rindang nan asri. Dua kata tersebut yang tersirat didalam benak kepala pada saat berkunjung di Pantai Cemara yang berada di Dusun Rowo, Kelurahan Pakis, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Memiliki luas sekitar 2,5 kilometer dengan ribuan pohon cemara disertai pemadangan pulau Bali ditambah semilir angin, menjadikan pantai ini menjadi salah satu alternatif untuk healing. 

Meski terbilang tempatnya cukup tersembunyi. Namun, akses jalan untuk menuju ke Pantai Cemara Pakis cukup mudah dan bisa dilalui dengan kendaraan roda empat berjenis Elf.

Letaknya yang tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi. Membuat destinasi ini bisa mejadi salah satu rekomendasi ketika plesiran di Kota berjuluk Sunrise of Java.

Fasilitas di objek wisata ini terbilang cukup lengkap. Beberapa fasilitas umum seperti, tempat duduk dibawah Pohon Cemara, spot foto kekinian, ayunan, mushola dan kamar mandi telah tersedia. 

Konservasi-Pantai-Cemara-2.jpgAnggota Pokmaswas/KUB memberikan penjelasan kepada peserta Famtrip tentang konservasi Penyu. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

Tidak hanya itu, pengunjung juga tidak perlu kwatir untuk mencari makanan atau hanya sekedar ngopi. Karena, puluhan lapak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berjejeran rapi menjual kuliner khas Bumi Blambangan seperti halnya Rujak Soto dan Tahu Walik. Bahkan, disana juga terdapat peyek, sirup, snack stick dan teh yang terbuat dari Mangrove.

Bagaimana? Sudah mulai bisa membayangkan panorama keindahan Pantai Cemara Pakis bukan? 

Eits. Tunggu dulu, tempat ini tidak hanya sekedar menawarkan kenyamanan dan panoramanya. Tapi,terdapat satu hal menarik dari Pantai Cemara Pakis yang membedakan dari pantai-pantai cemara pada umumnya.

Ya, di bawah Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas)/Kelompok Usaha Bersama (KUB) Pantai Rejo, tempat wisata ini juga dijadikan tempat konservasi dan edukasi pohon Mangrove, cemara serta penyu guna menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung Ke Pantai Cemara Pakis.

Ketua Pokmaswas/KUB Pantai Rejo, Mokh. Muhyi, menjelaskan, sejak dari zaman dulu pesisir Pantai Cemara Pakis sering digunakan untuk Penyu berjenis Lekang dan Hijau bertelur. Dengan melihat ekosistem hewan bernama latin Lepidochelys Olivacea dan Chelonia Mydas semakin menurun, pihaknya bersama masyarakat tergerak untuk melakukan konservasi.

Melihat peristiwa itu, masyarakat sekitar mulai menjaga dan merawat sekitar pantai dengan jara  menjaga kebersihan dan merawat Pohon Cemara serta Pohon Mangrove supaya Penyu tetap nyaman untuk bertelur di Pantai Cemara Pakis.

“Kami ingin anak cucu masih bisa melihat Penyu secara langsung,” katanya, Jumat (30/12/2022).

Penyu.jpgKondisi kolam penangkaran Penyu di Pantai Cemara Pakis Banyuwangi. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

Muhyi menambahkan, banyak dari pengunjung yang tertarik untuk belajar terhadap konservasi yang telah dilakukan oleh Pokmaswas/KUB Pantai Rejo.

“Mulai dari anak-anak TK hingga perusahaan yang mengadakan gathering meminta kami untuk menjelaskan tentang Penyu,” ucapnya.

Selain itu, anggota dari Pokmaswas/KUB Pantai Rejo selalu memberikan sosialisasi untuk menjaga kelestarian Penyu kepada setiap pengujung. Diantaranya seperti, memberitahu bahwa Penyu termasuk hewan dilindungi, ekosistemnya dilautan sangat terbatas, jangan makan telur Penyu, jangan buang sampah sembarangan dan jangan mengambil telur Penyu.

Perlu diketahui, mulai dari awal mula melepas tukik (anakan Penyu) pada tahun 2014 hingga saat ini. Pokmaswas/KUB Pantai Rejo sudah melepas liarkan puluhan ribu tukik.

Sebagai informasi, untuk tiket masuk ke tempat wisata ini, pengunjung dikenakan tarif Rp5000.

Tentunya, sangat ekonomis bukan. Selain mendapatkan foto-foto yang keren, tentunya juga mendapatkan edukasi seputar tentang Konservasi Penyu. Bagaimana? kalian tertarik? Yuk, buruan datang Pantai Cemara Pakis Banyuwangi. Jangan lupa ajak keluarga, sahabat dan teman-teman yaa. (*)

Pewarta : Fazar Dimas Priyatna (MG-418)
Editor : Wahyu Nurdiyanto

source