Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Atasi Kekurangan Air, Korsda Pesanggaran Banyuwangi Terapkan Sistem Gilir untuk Petani

atasi-kekurangan-air,-korsda-pesanggaran-banyuwangi-terapkan-sistem-gilir-untuk-petani
Atasi Kekurangan Air, Korsda Pesanggaran Banyuwangi Terapkan Sistem Gilir untuk Petani
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

RadarBanyuwangi.id – Petugas Pengairan di wilayah Bangorejo, menggunakan metode gilir untuk mengatasi potensi kekurangan air di persawahan.

Itu dilakukan dengan sinkronisasi antara Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), Petugas Pintu Air (PPA), dan Korsda Pesanggaran. Dengan sistem ini, diharapkan mampu mencukupi kebutuhan air irigasi bagi ribuan hektare sawah.

Koordinator Sumber Daya Air (Korsda) Pesanggaran, Sugiyono menyampaikan wilayahnya mencakup baku sawah seluas 4.381 hektare.

Pengaturan air dilakukan berdasarkan teori gilir, yang memastikan Faktor Polowijo Relatif (FPR) di atas 0,30 persen. “Menurut prediksi, dengan kondisi tersebut pengairan akan cukup,” katanya.

Baca Juga: Update Program Sekardadu, Ratusan Siswa Diajak Jaga Aliran Sungai Irigasi Persawahan Kebondalem Banyuwangi

Daerah irigasi (DI) Baru, terang dia, menjadi sumber utama pengairan di wilayah Korsda Pesanggaran yang mencakup beberapa desa dan kecamtan. Pengaturan air dilakukan dengan sistem giliran untuk menjaga efisiensi distribusi. “Air dialirkan ke 4.381 hektare sawah di wilayah kami,” ujarnya.

Sistem gilir ini, lanjut dia, diatur untuk memastikan setiap desa mendapatkan aliran air yang adil. Pembagian waktu penggunaan air ditentukan berdasarkan kebutuhan masing-masing desa dan luas lahan yang ada. “Pengaturan seperti ini sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan air,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, sistem ini membantu mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau. Dengan pemantauan berkala, petani dapat mengetahui kapan gilirannya mendapatkan air. “Kami selalu mengikuti prediksi agar air bisa dialirkan dengan baik,” cetusnya.

Baca Juga: Harga Cabai Merah Terjun Bebas, Petani Terancam Gulung Tikar

Ketua Gabungan HIPPA Tirto Jaya Makmur, Nur Salim  menambahkan di wilayah Kecamatan Bangorejo tidak mengalami kekurangan air selama musim tanam. Ini berkat pertemuan rutin antara pengelola air dan petani setiap bulan. “Setiap bulan kami adakan pertemuan agar koordinasi tetap berjalan baik,” ujar Nur Salim.

Jika dalam rapat ditemukan ketersediaan air di tingkat gabungan tidak mencukupi, jelas dia, akan diadakan koordinasi lebih lanjut. Rapat tersebut melibatkan Korsda Pesanggaran dan dilakukan di bendungan. “Jika air kurang, kami segera koordinasi dengan Korsda,” katanya.

Nur Salim menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan distribusi air, terutama untuk baku sawah seluas 2.700 hektare di beberapa desa yang ada di Kecamatan Bangorejo.

Baca Juga: Asosiasi Cabai Surati Presiden Jokowi, Diskopumdag Upayakan Koneksi Industri untuk Petani

Pertemuan rutin di tingkat desa hingga gabungan, menjadi kunci dalam menjaga ketersediaan air. “Sinkronisasi ini sangat penting bagi kelancaran pengairan,” katanya.


Page 2


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Petugas Pengairan di wilayah Bangorejo, menggunakan metode gilir untuk mengatasi potensi kekurangan air di persawahan.

Itu dilakukan dengan sinkronisasi antara Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), Petugas Pintu Air (PPA), dan Korsda Pesanggaran. Dengan sistem ini, diharapkan mampu mencukupi kebutuhan air irigasi bagi ribuan hektare sawah.

Koordinator Sumber Daya Air (Korsda) Pesanggaran, Sugiyono menyampaikan wilayahnya mencakup baku sawah seluas 4.381 hektare.

Pengaturan air dilakukan berdasarkan teori gilir, yang memastikan Faktor Polowijo Relatif (FPR) di atas 0,30 persen. “Menurut prediksi, dengan kondisi tersebut pengairan akan cukup,” katanya.

Baca Juga: Update Program Sekardadu, Ratusan Siswa Diajak Jaga Aliran Sungai Irigasi Persawahan Kebondalem Banyuwangi

Daerah irigasi (DI) Baru, terang dia, menjadi sumber utama pengairan di wilayah Korsda Pesanggaran yang mencakup beberapa desa dan kecamtan. Pengaturan air dilakukan dengan sistem giliran untuk menjaga efisiensi distribusi. “Air dialirkan ke 4.381 hektare sawah di wilayah kami,” ujarnya.

Sistem gilir ini, lanjut dia, diatur untuk memastikan setiap desa mendapatkan aliran air yang adil. Pembagian waktu penggunaan air ditentukan berdasarkan kebutuhan masing-masing desa dan luas lahan yang ada. “Pengaturan seperti ini sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan air,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, sistem ini membantu mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau. Dengan pemantauan berkala, petani dapat mengetahui kapan gilirannya mendapatkan air. “Kami selalu mengikuti prediksi agar air bisa dialirkan dengan baik,” cetusnya.

Baca Juga: Harga Cabai Merah Terjun Bebas, Petani Terancam Gulung Tikar

Ketua Gabungan HIPPA Tirto Jaya Makmur, Nur Salim  menambahkan di wilayah Kecamatan Bangorejo tidak mengalami kekurangan air selama musim tanam. Ini berkat pertemuan rutin antara pengelola air dan petani setiap bulan. “Setiap bulan kami adakan pertemuan agar koordinasi tetap berjalan baik,” ujar Nur Salim.

Jika dalam rapat ditemukan ketersediaan air di tingkat gabungan tidak mencukupi, jelas dia, akan diadakan koordinasi lebih lanjut. Rapat tersebut melibatkan Korsda Pesanggaran dan dilakukan di bendungan. “Jika air kurang, kami segera koordinasi dengan Korsda,” katanya.

Nur Salim menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan distribusi air, terutama untuk baku sawah seluas 2.700 hektare di beberapa desa yang ada di Kecamatan Bangorejo.

Baca Juga: Asosiasi Cabai Surati Presiden Jokowi, Diskopumdag Upayakan Koneksi Industri untuk Petani

Pertemuan rutin di tingkat desa hingga gabungan, menjadi kunci dalam menjaga ketersediaan air. “Sinkronisasi ini sangat penting bagi kelancaran pengairan,” katanya.