Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Asosiasi Cabai Surati Presiden Jokowi, Diskopumdag Upayakan Koneksi Industri untuk Petani – Radar Banyuwangi

asosiasi-cabai-surati-presiden-jokowi,-diskopumdag-upayakan-koneksi-industri-untuk-petani-–-radar-banyuwangi
Asosiasi Cabai Surati Presiden Jokowi, Diskopumdag Upayakan Koneksi Industri untuk Petani – Radar Banyuwangi
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

MENANGGAPI anjloknya harga cabai merah besar hingga menyentuh harga Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per kilogram, membuat Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Korda Jawa Timur turun tangan. Mereka berencana mengirim surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Ketua AACI, Nanang Triatmoko, 47, mengungkapkan anjloknya harga cabai itu hanya bisa terselesaikan dengan campur tangan pemerintah. “Pemerintah harus hadir, jangan hanya ketika harga cabai melambung turun untuk menekan harga,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Dalam surat yang akan segera dikirim itu, Nanang meminta pemerintah untuk bisa mengatur pola tanam petani cabai. “Kita lihat petani cabai merah besar sekarang ini sangat banyak, harusnya ini diatur agar hasil produksi tidak over ketika panen raya,” ujarnya.

Menurut Nanang, banyaknya hasil panen petani itu, terjadi karena semakin membludaknya petani cabai merah besar di Banyuwangi, atau daerah sentra penghasil pedesaan lainnya. “Jumlah petani sekarang meningkat dibanding saat (musim) elnino kemarin. Saat itu banyak petani takut tanam,” cetusnya.

Selain turunnya daya beli masyarakat, Nanang mengatakan anjloknya harga cabai merah besar itu, diakibatkan jumlah produksi yang meningkat cukup signifikan. “Hampir di seluruh daerah panen raya, di NTB dan Jatim sekarang sedang panen raya,” ucapnya.

Baca Juga: Harga Cabai Merah Terjun Bebas, Petani Terancam Gulung Tikar

Nanang juga menyebutkan poin lain dari surat terbukanya kepada Jokowi itu agar pemerintah bisa menentukan harga tetap penjualan cabai merah besar. “Mungkin ini berlebihan, tapi selama ini tidak ada Harga Eceran Tetap (HET) untuk cabai merah besar, sedangkan komoditas lain ada,” sebutnya.

Bukan isapan jempol belaka, Nanang menyebut harga cabai merah besar selama ini selalu mengikuti fluktuasi di pasar. “Idealnya harga cabai merah besar itu Rp 15 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram. Ini petani sudah untung dan konsumen tidak terlalu mahal,” tegasnya.

Nanang ingin pemerintah benar-benar hadir untuk menyelesaikan permasalahan petani yang kini sedang menanam cabai ini. “Bagaimanapun cara pemerintah dengan segala instrumennya, entah menunjuk pihak ketiga agar ada pihak yang bisa atau disiapkan untuk membeli cabai petani,” katanya.

Sementara itu, Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskopumdag) Kabupaten Banyuwangi tak mau lepas tangan. Untuk menyelesaikan permasalahan itu, mereka mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Dinas Pertanian Banyuwangi. “Barusan saya koordinasi dinas teknis yang terkait, yakni bidang hortikultura (Dinas Pertanian),” kata Kepala Diskopumdag, RR Nanin Oktaviantie.

Menurut Nanin, untuk menghadapi persoalan ini asosiasi petani cabai besar ingin ada industri food and beverage (FnB) yang bisa segera menyerap atau mengolah hasil panen cabe. “Untuk itu, tim asosiasi dan dinas terkait sedang koordinasi, baik di tingkat kementerian hingga provinsi terkait peluang-peluang tersebut. Kami berupaya ada industri besar bisa menyerap panen petani apabila berlimpah,” pungkasnya.(sas/abi)

Exit mobile version